Pengertian dan Cara Kerja Blockchain

Apakah itu Blockchain dan Bagaimana Langkah Kerjanya?

Jika Anda ialah seorang investor kripto (cryptocurrency), blockchain mungkin tidak lagi satu istilah yang asing. Apakah itu blockchain dan bagaimanakah cara kerjanya?

Jika Anda belum akrab dengan istilah yang ini, langkah paling mudah pahami blockchain dengan mengibaratkannya seperti sebuah buku transaksi bisnis besar. Perbedaannya buku simpan tulisan. Dan blockchain simpan beberapa informasi secara electronic ke pola digital.

Berikut kenapa blockchain penting dalam sebuah transaksi bisnis atau gerakan asset kripto. Sebagai sebuah buku besar, blockchain berperanan jaga catatan transaksi bisnis supaya masih tetap aman.

Seperti Anda menabung di rekening, tentu ada instansi perbankan yang mempunyai data komplet bersejarah transaksi bisnis Anda kan? Nach, seperti itu deskripsi posisi blockchain.

Lalu, bagaimanakah cara kerja blockchain?

Menurut Economic Sociologist sekalian pendamping profesor di Hebrwe University Adam Hayes, blockchain pada intinya bisa dikelompokkan sebagai sebuah pusat data atau database.

Tetapi, berlainan dengan database lain, blockchain jamin tiap catatan yang ada masih tetap aman, tidak dapat dicari, dan terganggu tuntut oleh siapa saja. Catatan ini terdesentralisasi dan tidak membutuhkan kontribusi faksi ke-3 .

Karakter itu juga yang membuat asset kripto terdesentralisasi. Dalam masalah ini, tidak ada faksi yang mempunyai kewenangan untuk atur peredarannya. Tidak seperti mata uang yang—biasanya—pergerakannya dijaga oleh sebuah bank sentra.

Ketidaksamaan blockchain dan database, masih menurut Hayes, ialah dalam soal susunan penyusunnya. Database wajarnya membuat info ke tabel, yang dapat disaksikan, dihapus atau diganti sepanjang faksi tertentu mempunyai akses.

“Dan blockchain kumpulkan info secara bersama ke kelompok-kelompok yang disebutkan block, yang selanjutnya simpan beberapa kumpulan info. Block mempunyai kemampuan penyimpanan tertentu, dan saat diisi, lalu ditutup, lalu dikaitkan ke block berisi lainnya, akan membuat rantai,” kata Hayes dalam artikelnya di Investopedia seperti diambil pada Sabtu (11/12/2021).

Itu juga argumen tehnologi ini dinamakan blockchain. Blok dalam Bahasa Inggris memiliki arti block, dan chain memiliki arti rantai. Tidak seperti sebuah tabel, yang bernama blok tidak dapat diubah kembali saat data telah ditutup. Tidaklah aneh jika transaksi bisnis kripto, seperti karakter blockchain, pun tidak dapat diubah-ubah kembali saat terjadi.

Sejarah Blockchain

Ide blockchain ini sebetulnya bukan suatu hal yang baru. Arketipe blockchain berawal dari sebuah penelitian yang sudah dilakukan Stuart Harber, W Scott Stornetta dan Dave Bayer pada 1991.

Dalam penelitian dengan judul How to Time-Stamp a Digital Dokumen itu, ke-3 periset asal Bellcore Labs ini sebelumnya tawarkan blockchain sebagai alat stampel. (Sumber di sini)

Karena karakternya yang tidak dapat diganti saat telah ditutup, tehnologi blockchain yang dirintis ke-3 nya dilihat dapat gantikan peranan sebuah stempel untuk menunjukkan orisinalitas sebuah asset digital.

Implementasi peranan blockchain sebagai bukti orisinalitas ini sebetulnya sedang berjalan sampai sekarang ini. Persisnya dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT).

Adapun ide untuk memakai blockchain sebagai tehnologi penunjang alat ganti, dalam masalah ini ialah asset kripto. Gagasan itu pertama muncul pada 2008. Inisiatornya siapa kembali jika bukan Satoshi Nakamoto, figur anonim yang mendapati Bitcoin, asset kripto pertama di dunia.

Arah esensial Satoshi mengenalkan dobrakan yang mengguncangkan dunia di dalam 10-12 tahun akhir ini masih jadi pembicaraan.

Tetapi, lepas dari pembicaraan itu, ada satu perihal yang nampaknya jelas sudah. Satoshi sudah menunjukkan jika membuat mekanisme keuangan yang tidak tergantung kepada pihak ke-3 atau kewenangan tertentu tidak lagi sebuah utopia.